Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Laut di Pulau Sipora
Try Al Tanto
Loka Penelitian Sumber Daya dan
Kerentanan Pesisir
Jl. Padang-Painan Km. 16 Bungus,
Padang, Sumatera Barat 24245
Telp/Fax: 0751-751458
I.
Latar Belakang
Pulau Sipora merupakan salah satu pulau di Kabupaten
Kepulauan Mentawai, merupakan pusat pemerintahan kabupaten tersebut yang
sebagian besar aktivitasnya dilakukan di daerah ini. Kepadatan penduduk di Pulau Sipora ini juga
terbesar dibandingkan pulau-pulau lainnya di Kepulauan Mentawai, sehingga
menjadikan fokus penelitian di daerah ini. Hal ini dapat dilihat dari data kependudukan kepulauan mentawai tahun 2010.
Table 1. Kepadatan
Penduduk Kepulauan Mentawai Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
|
Jumlah Penduduk
|
Luas Wilayah (km2)
|
Kepadatan Penduduk
(Orang/km2)
|
Pagai Selatan
|
8781
|
901.08
|
10
|
Sikakap
|
9550
|
278.45
|
34
|
Pagai Utara
|
5132
|
342.02
|
15
|
Sipora
Selatan
|
8549
|
268.47
|
32
|
Sipora
Utara
|
9238
|
383.08
|
24
|
Siberut Selatan
|
8475
|
508.33
|
17
|
Siberut Barat Daya
|
6080
|
649.08
|
9
|
Siberut Tengah
|
6071
|
739.87
|
8
|
Siberut Utara
|
7794
|
816.11
|
10
|
Siberut Barat
|
6751
|
1124.86
|
6
|
Mentawai
|
76421
|
6011.35
|
13
|
Sumber: BPS Kepulauan
Mentawai, 2010
Sebagai salah satu wilayah kepulauan yang langsung berhadapan dengan
Samudera Hindia, tentunya banyak pengaruh fisik ataupun alam yang menjadi
perhatian cukup besar yang dapat mempengaruhi kepulauan ini. Salah satunya
berupa kerentanan pesisirnya dari kenaikan muka laut. Kenaikan muka laut sendiri ada yang terjadi
secara periodik dan juga terjadi secara permanen. Dalam hal ini, kerentanan
pesisir yang dimaksud adalah dari kenaikan muka laut yang terjadi secara
permanen.
Akhir-akhir ini, perubahan iklim global menyebabkan kenaikan muka
laut yang dapat menjadi ancaman serius bagi semua lahan pesisir terutama yang berelevasi
rendah. Bahkan kenaikan muka laut ini dapat mencapai tingkat ekstrim. Pulau Sipora sendiri yang dikelilingi
oleh laut, pastinya tidak terlepas dari pengaruh perubahan iklim global
tersebut. Hal ini akan berdampak secara langsung dengan semakin meningkatanya
frekuensi dan luasan genangan air pada pesisir pantainya, sehingga nantinya
dapat mengganggu aktivitas dari masyarakat.
Kegiatan mengenai ‘Kerentanan
Pesisir terhadap Kenaikan Muka Laut di Pulau Sipora’ ini bertujuan untuk
melihat gambaran secara visual kondisi pesisir di Pulau Sipora dan memetakan
tingkat kerentanan pesisirnya dari kenaikan muka laut dengan beberapa parameter
pengukuran yang terkait. Untuk selanjutnya, dapat tersusun suatu model
pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir yang berwawasan mitigasi
kerentanan.
II. Metodologi
• Lokasi Penelitian
Kegiatan survey lapangan pengambilan data beberapa
parameter yang terkait dilakukan di sekeliling Pulau Sipora. Titik-titik lokasi
survey ada sekitar 16 titik yang lebih terfokus dan banyak di pesisir pantai
timur pulau tersebut. Hal ini dengan pertimbangan bahwa pemukiman penduduk di
Pulau Sipora lebih banyak di bagian timur pulau.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
• Pengambilan Data Lapangan
Dalam
penelitian yang terkait dengan kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut, dilakukan pengambilan data primer baik berupa pengamatan secara
visual dan juga pengukuran langsung di lapangan. Pengamatan secara visual dapat
dilakukan dengan melihat secara langsung, berupa tipologi pantai, bentuk
lereng, dan morfologi pantai, serta dengan mengambil gambar daerah lokasi
penelitian. Untuk data lapangan, pengukuran yang dilakukan adalah berupa
kemiringan pantai, relief pantai, dan lebar pantai. Selain data primer
tersebut, diperlukan juga data sekunder berupa data jenis batuan pantai untuk
daerah terkait yang diperoleh dari peta geologi dan data tutupan lahan
untuk daerah Kepulauan
Mentawai.
Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan
menggunakan water pass dan kompas
geologi. Pengambilan data dengan water
pass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2
meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara
horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian
waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu tersebut
dipastikan horizontal sampai air pada alat water
pass tepat berada di tengah. Setelah
dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran.
Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara
menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal yang
didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai pantai
yang tepat menyentuh air.
Gambar 2. Alat Ukur Kemiringan, Water Pass
Gambar 3. Pengukuran Kemiringan Pantai
Untuk
penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih sederhana lagi,
cukup dengan meletakkan kompas di pantai, kemudian putar alat pengaturannya
sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada di tengah. Nilai
kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang tertera
pada kompas geologi tersebut.
Relief
Pantai
Penentuan relief pantai
yang dilakukan dalam hal ini adalah berupa nilai tinggi pantai. Hasil
pengukuran dapat diperoleh bersamaan dengan pengukuran kemiringan pantai
menggunakan peralatan water pass,
yaitu nilai Y (gambar 3).
Lebar
Pantai
Pengukuran
lebar pantai dilakukan dengan menggunakan meteran, yaitu jarak antara vegetasi
terakhir yang ada di pantai dengan batas pantai yang masih kena pengaruh air
laut.
• Analisis Data
Kemiringan
Pantai
Kemiringan pantai dapat diperoleh dengan rumus:
………………………………… (1)
Keterangan :
= Sudut
yang dibentuk (°)
Y
= Jarak antara garis tegak lurus
yang dibentuk oleh kayu horizontal dengan permukaan pasir di bawahnya.
X = Panjang kayu range (2 m)
Indeks Kerentanan Pesisir
Untuk menentukan indeks
kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut, perlu diketahui beberapa
parameter terkait, seperti tutupan lahan, jenis batuan pantai, kemiringan pantai,
dan kerapatan penduduk.
Pemilihan parameter-parameter ini mengacu kepada
penelitiannya Thieler, E.R., and
Hammar-Klose, E.S.
Berikut tabel parameter penentuan indeks
kerentanan pesisir,
Tabel 2. Parameter Penentuan Indeks Kerentanan Pesisir
Parameter
|
Satuan
|
Ranking
|
|||||
Sangat Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
a) Tutupan Wilayah
pesisir
|
-
|
Vegetasi Rapat
|
Vegetasi
|
Tanah Kosong
|
Permukiman
|
Permukiman Rapat
|
|
b) Jenis Batuan Pantai
|
-
|
Batuan Vulkanik
|
Batuan Vulkanik
|
Batuan Sedimen
|
Sedimen Lepas
|
Sedimen Lepas
|
|
c) Kemiringan pantai
|
(ยบ)
|
> 10
|
6 - 10
|
4 - 6
|
2 - 4
|
< 2
|
|
d) Kerapatan penduduk
|
Jiwa/
km²
|
< 1.000
|
1.000-3.000
|
3.000-5.000
|
5.000-10.000
|
> 10.000
|
Rumus indeks kerentanan pesisir dapat dihitung
dengan formula berikut,
Keterangan:
IKP = Indeks Kerentanan Pesisir
a =
Indeks untuk tutupan wilayah pesisir
b =
Indeks untuk jenis batuan pantai
c =
Indeks untuk kemiringan pantai
d = Indeks untuk kerapatan penduduk
Nilai IKP maksimal dalam persamaan di atas adalah
12,5, selanjutnya IKP dibagi menjadi
5 (lima) kategori berdasarkan nilai angka berikut,
1. 0,0
– 2,49 = Sangat Rendah
2. 2,5
– 4,99 = Rendah
3. 5,0
– 7,49 = Sedang
4. 7,5
– 10,0 = Tinggi
5. > 10,0 = Sangat Tinggi
III. Hasil dan Pembahasan
Dari pengamatan dan pengambilan data yang dilakukan di sekitar
pesisir Pulau Sipora, dapat diketahui gambaran umum kondisi alam daerah ini.
Sebagai salah satu pulau kecil yang berada cukup jauh dari pulau besar, yakni
di bagian barat Pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia,
keadaan cuaca sekitar tidak menentu dan pengaruh fisik perairan Samudera Hindia
ini dapat mempengaruhi Pulau secara langsung. Hal ini dapat terlihat dari
kondisi saat survei berlangsung, yang mana untuk pantai bagian barat dari Pulau
Sipora ini terjadi badai yang menyebabkan tidak bisanya tercapai beberapa titik
lokasi survei yang akan dituju dengan menggunakan transportasi berupa perahu.
Sehingga harus mengubah alur yang telah direncanakan, dengan kembali memutar ke
utara menuju pantai bagian timur pulau ini sampai selatan. Dari daerah selatan
pulau, barulah lokasi yang akan dituju tersebut dicapai melalui jalur darat
dengan kondisi jalan yang kurang bagus.
Berikut hasil pengamatan dan
pengukuran di lapangan yang diperoleh dari beberapa titik lokasi survei,
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan dan Pengukuran
Nama Titik
|
Koordinat
|
Tipologi Pantai
|
Lereng Pantai (°)
|
Bentuk Lereng
|
Relief Pantai (m)
|
Lebar Pantai (m)
|
Morfologi
|
||
Bujur
|
Lintang
|
||||||||
M-01 A
|
99°35'29.9"
|
02°01'41.2"
|
Pantai berpasir/ perumahan
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
-
|
-
|
-
|
|
M-02 A
|
99°34'01.2"
|
02°03'64.3"
|
Pantai berpasir
|
8 - 14
|
Berteras
|
0 - 4
|
25 - 50
|
Muara
|
|
M-03 A
|
99°33'16.5"
|
02°06'57.1"
|
Pantai berkarang
|
0 - 2
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
25 - 50
|
Barrier Island
|
|
M-03 B
|
99°34'11.8"
|
02°09'08.7"
|
Pantai berpasir
|
8 - 14
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-04
|
99°37'12.5"
|
02°17'09.0"
|
Pantai berkarang
|
8 - 14
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-05 B
|
99°47'09.1"
|
02°20'45.7"
|
Pantai berpasir, hamparan karang mati
|
0 - 2
|
Cekung
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-06 A
|
99°51'10.2"
|
02°22'00.3"
|
Pantai berpasir/ berkarang
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-07 A
|
99°50'37.8"
|
02°20'46.7"
|
Pantai berpasir
|
0 - 2
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-08 B
|
99°48'45.4"
|
02°18'17.0"
|
Mangrove
|
3 - 7
|
Berteras
|
0 - 4
|
< 5
|
Muara
|
|
M-09 A
|
99°46'57.4"
|
02°16'45.1"
|
Mangrove
|
15 - 25
|
Berteras
|
0 - 4
|
< 5
|
Muara
|
|
M-11
|
99°47'31.2"
|
02°16'26.0"
|
Pantai berpasir
|
8 - 14
|
Cembung
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-12
|
99°43'56.8"
|
02°11'52.9"
|
Pantai berpasir/ berkarang
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
< 5
|
Muara
|
|
M-12 B
|
99°44'54.3"
|
02°13'39.9"
|
Pantai berpasir/ berkarang
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-13 A
|
99°44'01.4"
|
02°11'16.5"
|
Pemukiman
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Kota Kecil
|
|
M-14 A
|
99°42'40.8"
|
02°08'52.1"
|
Pantai berpasir
|
0 - 2
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Muara
|
|
M-15
|
99°42'14.3"
|
02°06'32.9"
|
Pantai berpasir
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
25 - 50
|
Muara
|
|
M-17 A
|
99°36'43.2"
|
02°01'23.7"
|
Pantai berpasir, Lamun
|
3 - 7
|
Landai/ Rata
|
0 - 4
|
5 - 25
|
Barrier Island
|
|
Pesisir pantai di Pulau Sipora didominasi oleh tipologi berupa
pantai berpasir, beberapa pantainya terdapat mangrove, lamun dan juga hamparan
karang mati. Tanaman mangrove di daerah ini masih potensial sebagai zonasi
terakhir penghambat terhadap pengaruh fisik air laut, terlihat dengan cukup
luasnya mangrove di beberapa pesisir pantainya.
Tuapejat yang merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai
mempunyai potensi hutan mangrove sekitar 400 Ha, dengan substratnya didominasi
oleh Lumpur berpasir. Potensi hutan mangrove di Sioban sebagai kota Kecamatan
Sipora adalah seluas 12 Ha, dimana didominasi oleh beberapa jenis mangrove
seperti; Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal Sonneratia
alba, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea dan Aegiceras corniculatum, dan
Scypiphora hydrophyllaceae. Tinggi rata-rata pohon adalah 2 – 20 m dengan
substrat pasir, pasir berkarang dan pasir berlumpur. Kemudian potensi hutan
mangrove di desa lain Pulau Sipora, seperti Simakakak seluas 5 Ha, Pitojat
seluas sekitar 700 Ha, dan Katiet sekitar 20 Ha (Dinhut Sumatera Barat).
Gambar 4. Hamparan manggrove di pesisir pantai P. Sipora
Bentuk lereng pantai Pulau Sipora umumnya landai, juga ada yang berteras dengan rata-rata
kemiringan pantai berkisar antara 3 - 14ยบ dan relief
yang cukup kecil, yaitu 0 – 4 meter. Lebar pantai sedikit bervariasi, yaitu < 5 m, 5 – 25 m dan 25 – 50 m,
dengan morfologi pantai berupa muara.
Tipe batuan pantai di sekitar pesisir pulau ini adalah
berupa batuan endapan permukaan. Batuan ini digolongkan dengan nama aluvium, yaitunya lanau (tanah atau
butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran di antara pasir dan lempung), pasir dan
kerikil yang umumnya terdapat di daratan pantai. Selain itu, juga
diperoleh data sekunder berupa
peta tutupan lahan untuk daerah Kepulauan Mentawai dari citra Landsat tahun 2000.
Gambar 5. Batuan endapan permukaan dan hamparan karang mati
Terlihat dari topografi pantainya, Pulau Sipora
ini cukup rentan sekali dari kenaikan muka laut. Namun, dengan tutupan lahan yang masih cukup luas dibandingkan dengan pengaruh topologi
pantainya yang landai, dugaan
tersebut berbeda dari hasil pengolahan yang diperoleh.
Gambar 6. Peta Indeks Kerentanan Pesisir Pulau Sipora
IV.
Kesimpulan
Hasil pengolahan beberapa
parameter yang ada tersebut menunjukkan bahwa tingkat kerentanan pesisir pantai
Pulau Sipora pada umumnya rendah, bahkan beberapa lokasi menunjukkan tingkat
kerentanan yang sangat rendah. Hingga saat ini sangat kecil kemungkinan pesisir
pantai Pulau Sipora rentan terhadap kenaikan muka laut. Hasil ini juga didukung oleh penelitian lain
tentang ‘Proyeksi Kenaikan Tinggi Muka Laut dengan Menggunakan Data Altimeter
dan Model IPCC-AR4’ oleh Peneliti pada Balai Penelitian
Geomatika Bakosurtanal, yang
menyatakan bahwa kenaikan TML di
Indonesia berkisar antara 0.2 cm/tahun sampai dengan 1 cm/tahun, dengan
kanaikan TML tertinggi terjadi di Samudera Pasifik, sebelah utara Pulau Papua. Sedangkan di Samudera Hindia sendiri,
yang akan berdampak terhadap lokasi penelitian memiliki kenaikan TML yang lebih
rendah.
Namun dari hasil dan dugaan yang diperoleh tersebut, tidak mengurangi kewaspadaan kita dan masyarakat
di sekitar Pulau Sipora dari ancaman kenaikan muka laut ataupun bencana lain
yang umumnya terjadi akibat pengaruh alam yang tentunya tidak dapat kita prediksi sebelumnya.
Daftar Pustaka
BPS Kepulauan Mentawai, 2010. Kepulauan Mentawai Dalam Angka 2010.
Hal. 3-5, 65.
Dinas Kehutanan, 2009. Inventarisasi dan Identivikasi Mangrove Sumatera Barat. Hal. 50-52.
Kastowo, Gerharg W.Leo, S.Gafoer & T.C.Amin. Peta Geologi Kepulauan Mentawai.
Sofian, Ibnu dan Irmadi Nahib. Proyeksi
Kenaikan Tinggi Muka Laut dengan Menggunakan Data Altimeter dan Model IPCC-AR4.
Balai Penelitian Geomatika, Bakosurtanal.
Thieler, E.R., dan
Hammar-Klose, E.S., 2000. Coastal
Vulnerability Assessment of the Northern Gulf of Mexico to Sea-Level Rise and
Coastal Change.